Headlines News :

Undangan Wisuda Angkatan X Akbid Graha Mandiri Cilacap

Written By admin on Friday, July 26, 2013 | 8:40 PM

Undangan wisuda Akbid Graha Mandiri Cilacap kepada mahasiswi angkatan X yang akan diselenggarakan pada tanggal 22 Agustus 2013 bertempat di  Baliroom Hotel Daffam, Jl. Dr. Wahidin Cilacap. Pukul 09.00 sampai selesai.

Kebijakan Depkes Tentang Pemberian ASI Untuk Peningkatan Pemberian Asi Pekerja Wanita

Dalam kondisi pembangunan kearah industrialisasi dimana persaingan pasarsemakin ketat, sangat diperlukan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Searahdengan hal tersebut kebijakan pembangunan di bidang kesehatan ditujukan untukmewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi seluruh masyarakat, termasukmasyarakat pekerja.

Masyarakat pekerja mempunyai peranan & kedudukan yang sangat pentingsebagai pelaku dan tujuan pembangunan, dimana dengan berkembangnya IPTEKdituntut adanya Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan mempunyai produktivitas yang tinggi hingga mampu meningkatkan kesejahteraan dan daya saing di era globalisasi.

Dari data  Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2003, pekerja di Indonesia mencapai100.316.007 dimana 64,63% pekerja laki-laki dan 35,37% pekerja wanita. Wanitayang bekerja sesungguhnya merupakan arus utama di banyak industri. Merekadiperlakukan sama dari beberapa segi, hanya dari segi riwayat kesehatan mereka seharusnya diperlakukan berbeda dengan laki-laki dalam hal pelayanan kesehatan. Pekerja wanita dituntut untuk meningkatkan kemampuan dan kapasitaskerja secara maksimal, tanpa mengabaikan kodratnya sebagai wanita.

Sesuai dengan kodratnya, pekerja wanita akan mengalami haid, kehamilan,melahirkan dan menyusui bayi. Untuk meningkatkan kualitas SDM, dimulai sejak janin dalam kandungan, masa bayi, balita, anak-anak sampai dewasa. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi merupakan cara terbaik bagi peningkatan kualitasSDM sejak dini yang akan menjadi penerus bangsa. ASI merupakan makanan yang paling sempurna bagi bayi. Pemberian ASI berarti memberikan zat-zat gizi yang bernilai gizi tinggi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan syaraf dan otak, memberikan zat-zat kekebalan terhadap beberapa penyakit dan mewujudkan ikatan emosional antara ibu dan bayinya.

Mengingat pentingnya pemberian ASI bagi tumbuh kembang yang optimal baikfisik maupun mental dan kecerdasannya, maka perlu perhatian agar dapat terlaksana dengan benar. Faktor keberhasilan  dalam menyusui adalah denganmenyusui secara dini dengan posisi yang benar ,teratur dan eksklusif. Oleh karena itu salah satu yang perlu mendapat perhatian  adalah bagaimana ibu  yang bekerja dapat tetap memberikan ASI  kepada bayinya  secara eksklusif sampai 6 (enam)bulan dan dapat dilanjutkan sampai anak berumur 2(dua) tahun.  Sehubungan dengan hal tersebut telah ditetapkan dengan Kepmenkes RI No.450/MENKES/IV/2004 tentang Pemberian Air Susu Ibu  (ASI) secara eksklusif pada bayi Indonesia. Program Peningkatan Pemberian ASI (PP-ASI) khususnya ASI eksklusif mempunyai dampak yang luas terhadap status gizi ibu dan bayi.

Untuk mendukung Deklarasi Innocenti 1990 (Italia) tentang perlindungan, promosidan dukungan terhadap pemberian ASI, telah dilaksanakan beberapa kegiatan penting, yakni pencanangan Gerakan Nasional PP-ASI ole Bp. Presiden padatahun 1990, Gerakan Rumah Sakit dan Puskesmas Sayang Bayi  yang telahmenghasilkan sekitar 50-70% rumah sakit sayang bayi pada RS pemerintah dansekitar10 – 20% pada RS swasta.Pada Pekan ASI Sedunia tahun 1993 diperingati dengan tema Mother FriendlyWorkplace atau Tempat Kerja Sayang Bayi, menunjukan bahwa adanya perhatiandunia terhadap peran ganda ibu menyusui dan bekerja. Menyusui adalah hak setiap ibu tidak terkecuali ibu yang bekerja, maka agar dapatterlaksananya pemberian ASI dibutuhkan informasi yang lengkap mengenai manfaat dari ASI dan menyusui serta  bagaimana melakukan manajemen laktasi. Selain itu diperlukan dukungan dari pihak manajemen, lingkungan kerja dan pemberdayaan pekerja wanita sendiri.

Pemberian ASI di Indonesia belum dilaksanakan sepenuhnya. Upaya meningkatkan perilaku menyusui pada ibu yang memiliki bayi khususnya ASI eksklusif masih dirasa kurang. Permasalahan yang utama adalah faktor sosial budaya, kesadaran akan pentingnya ASI, pelayanan kesehatan dan petugas kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung PP-ASI, gencarnya promosi susu formula dan ibu bekerja.

Dari data SDKI 1997 cakupan ASI eksklusif masih 52%, pemberian ASI satu jam pasca persalinan 8%, pemberian hari pertama 52,7%. Rendahnya pemberian ASI eksklusif menjadi pemicu rendahnya status gizi bayi dan balita.Dari survei yang dilaksanakan pada tahun 2002 oleh Nutrition & HealthSurveillance System (NSS) kerjasama dengan Balitbangkes dan Helen KellerInternational di 4 perkotaan (Jakarta, Surabaya, Semarang, Makasar) dan 8 perdesaan (Sumbar, Lampung, Banten, Jabar, Jateng, Jatim, NTB, Sulsel),menunjukan bahwa cakupan ASI eksklusif 4-5 bulan di perkotaan antara 4%-12%,sedangkan dipedesaan 4%-25%. Pencapaian ASI eksklusif 5-6 bulan di perkotaan berkisar antara 1%-13% sedangkan di pedesaan 2%-13%. Pada ibu yang bekerja, singkatnya masa cuti hamil/melahirkan mengakibatkan sebelum masa pemberian ASI eksklusif berakhir sudah harus kembali bekerja. Hal ini mengganggu uapaya pemberian ASI eksklusif. Dari berbagai penelitian menunjukan banyak alasan untuk menghentikan ASI dengan jumlah yang bervariasi :13% (1982), 18,2% (Satoto 1979), 48% (Suganda 1979), 28% (Surabaya 1992),47% (Columbia), 6% (New Delhi).

Selain itu gencarnya promosi susu formula dan kebiasaan memberikanmakanan/minuman secara dini pada sebagian masyarakat, menjadi pemicu kurangberhasilnya pemberian ASI eksklusif.

KEBIJAKAN DAN STRATEGI DEPKES TENTANG PENINGKATANPEMBERIAN ASI  PEKERJA WANITA

A. KEBIJAKAN
  1. Peningkatan Pemberian ASI dilaksanakan sebagai upaya peningkatankualitas SDM yang merupakan bagian integral dari pembangunan Nasional,khususnya dalam peningkatan kualitas hidup.
  2. Peningkatan Pemberian ASI (PP-ASI) dilaksanakan secara lintas sektor dan terpadu dengan melibatkan Peran Serta Masyarakat khususnyamasyarakat pekerja.
  3. PP-ASI  menitikberatkan pada pemberdayaan masyarakat dan keluarga untuk mendukung ibu hamil dan ibu menyusui dalam melaksanakan tugassesuai kodratnya.
  4. Membudayakan perilaku menyusui secara eksklusif kepada bayi sampaidengan usia 6 bulan.§ PP-ASI dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan di setiaptempat kerja.

B. STRATEGI
  1. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pihak manajemen untuk meningkatkan status kesehatan ibu pekerja dan bayinya.
  2. Memantapkan tanggung jawab dan kerjasama dengan berbagai instansipemerintah  yang terkait , asosiasi pengusaha, serikat pekerja, LSM dalamprogram pemberian ASI di  tempat kerja dan meningkatkan produktivitas kerja
  3. Mengupayakan agar setiap petugas dan sarana pelayanan kesehatan ditempat kerja mendukung perilaku menyusui  yang optimal melaluipenerapan 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui yang merupakan standar interna-sional.
  4. Mengupayakan fasilitas yang mendukung PP-ASI bagi ibu yang menyusuidi tempat kerja dengan  :

  • Menyediakan sarana ruang memerah ASI
  • Menyediakan perlengkapan untuk memerah dan menyimpan ASI.
  • Menyediakan materi penyuluhan ASI- Memberikan penyuluhan.
  • Mengembangkan dan memantapkan pelaksanaan ASI eksklusif bagi pekerja wanita melalui pembinaan dan dukungan penuh dari pihak pengusaha.

V. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN

  1. Mengembangkan KIE: Meningkatkan penyuluhan dan promosi dengan mengembangkan KIE yangspesifik melalui metode dan media yang sesuai dengan sasaran, antara lain :seminar/lokakarya, pelatihan, kampanye, siaran melalui media elektronik,media cetak, dll.
  2. Menggerakkan pengusaha: Advokasi dan sosialisasi kepada dunia usaha agar memberikan dukungankepada pekerja wanita yang menyusui bayinya dengan memberikan izinuntuk memerah susunya serta menyediakan ruang khusus untuk memerasASI yang dilengkapi dengan tempat penyimpanan ASI sementara (ASI dalamlemari es dapat bertahan selama 2 x 24 jam, sedangkan diluar lemari esbertahan sampai 6-8 jam).
  3. Meningkatkan keterpaduan, koordinasi dan integrasiKoordinasi dilakukan secara lintas sektoral melalui kegiatan dalam tim baik ditingkat Pusat, Propinsi, Kabupaten/Kota
  4. Mengembangkan dan membina Tempat Penitipan Anak (TPA).
  5. Memantapkan Pemantauan dan EvaluasiDiperlukan system pencatatan dan  pelaporan secara berkala untuk menilaikeberhasilan program ASI eksklusif bagi pekerja wanita baik dari segipelaksanaan maupun dampaknya pada peningkatan produktivitas kerja,peningkatan status kesehatan  dan gizi ibu maupun bayinya.


Fokuslah Pada Kekuatanmu

Written By admin on Wednesday, July 24, 2013 | 5:09 PM

Jalan lain untuk meningkatkan diri adalahdengan memfokuskan diri pada kekuatan-kekuatanmu. Tidak semua orang tahu kunci sederhana kesuksesan ini. Presiden BCE JeanMonty mengatakan, "Fokuslah pada hal-hal yang Anda kuasai. Jika Anda bagus di bidang komputer dan bukannya sepak bola, jangan coba-coba untuk menjadi pemain sepak bola. Dan, jangan takut untuk mengakui bahwa Anda lemah di bidang-bidang tertentu,  Anda tidak terjebak dalam kotak perangkap, dan mencoba-coba sesuatu yang sesungguhnya Anda sudah tahu bahwa Anda tak akan bisa melakukannya dengan baik".

Penulis perjalanan wisata yang terkemuka Pico lyer berkata, "Tidak perlu terserap oleh pikiran sendiriakan hal-hal yang tidak bisa Anda lakukan. Maksudku, lihatlah aku adalah seorang penulis profesional,dan aku tidak bisa mengetik. Jangan melihat pada apa yang tidak kau miliki, coba cari apa yang kau miliki, dan kembangkan itu". Dan Norman, pengarang Thw Way Thing Work, menjelaskan kuncinya : "Setiap orang itu buruk di banyak bidang, tetapi setiap orang punya beberapa keunikan di bidang yang bisa menjadikannya terbaik sedunia. Dan, triknya adalah mencari keunikan tersebut".

Tentu saja, memfokuskan diri pada kekuatan Anda akan menjadikan Anda sungguh-sungguh burukdalam bidang-bidang tertentu. Tapi, siapa peduli?J. K. Rowling hebat dalam menulis, terbukti di novel-novelnya, serial Harry Potter. Siapa yang akan pedulijika ia kacau di bidang perlogaman (metalwork) saat di sekolah? J.K. berujar, "Aku adalah yang terjelek disekolahku - kacau...Aku mencoba, tetapi memang aku tidak bisa". Kehebatan Lance Armstrong ada di bidang bersepeda, dan hal itu membuat dia menjadi juara dunia. Siapa yang akan peduli jika ia tidak dapat bermain bola? Lance berkata, "Kalau sudah sampai kegiatanyang melibatkan pergerakan dari sisi ke sisi, atau koordinasi mata-tangan - kalau sudah sampai padakegiatan yang melibatkan bola, sesungguhnya - aku sama sekali buruk".


Quincy Jones hebat dalam mebuat komposisi musik sehingga ia memenangi Grammy Awards tak terhitung jumlahnya. Siapa yang peduli jika ia tidak bisa menyetir mobil, atau motor? Quincy berujar,"Aku sunggu tidak bisa menyetir, bahkan jika kepepet sekalipun". Quincy mengenal banyak orang yangsukses, dan ia berkata, "Dalam pandangan saya, orang yang meraih kebesaran di bidang yang mereka pilih memiliki keahlian utama yang telah mereka dalami". Mari menyimpulkannya dengan pengalaman Erik Weihenmayer yang memfokuskan diri pada kekuatannya dalam mendaki, tidak menggubris kelemahannya sebagai orang yang buta total, danmemanjat hingga puncak gunung tertinggi, Everest. Erick berkata, "Aku sudah berjanji dengan dirikusendiri. Hal-hal yang tidak dapat kulakukan, akan kurelakan demikian; namun, hal-hal yang bisakukerjakan, akan kulatih sedemikian rupa". Singkat kata, Anda boleh saja buruk dalam banyak hal, sepanjang Anda sungguh baik di satu bidang. Maka, melangkahlah dengna kekuatan Anda. Layaknya Erik, seperti itu jugalah Anda perlu mendakikesuksesan. Dalam hidup ini, aku mempelajari secara bertahap hal-hal yang tidak aku kuasai, supaya akutidak menempatkan diriku pada situasi-situasi di mana akku harus berkubang dalamkelemahan. Malahan, aku melangkah bersama hal-hal yang merupakan kekuatanku. GaryBurton vibrafonis peraih Grammy Awards.

(Tesis) HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR YANG RELEVAN PADA POLA PEMBERIAN ASI IBU PEKERJA (Studi Analisis Verifikatif di Kabupaten Cilacap)

HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR YANG RELEVAN 

PADA POLA PEMBERIAN ASI IBU PEKERJA
(Studi Analisis Verifikatif di Kabupaten Cilacap)


  



Oleh:
Naomi Parmila Hesti Savitri
NPM: L2J050608




PROGRAM PASCASARJANA 
UNIVERSITAS PADJADJARAN 
BANDUNG , 2010


ABSTRAK


Peningkatan jumlah wanita pekerja di Kabupaten Cilacap setiap tahun mempengaruhi penurunan tingkat pemberian ASI eksklusif. Beberapa keadaan yang dapat mempengaruhi penurunan pemberian ASI tersebut adalah dukungan suami dan tenaga kesehatan, promosi susu formula, lingkungan kerja, pengetahuan, dan sikap ibu pekerja. Tujuan penelitian adalah menganalisis perbedaan dan hubungan faktor-faktor tersebut di atas di Kabupaten Cilacap. Rancangan penelitian potong silang, dengan total 139 ibu pekerja yang mempunyai bayi usia 7-12 bulan dari tiga wilayah Kecamatan di Kabupaten Cilacap yang dipilih secara acak dan diwawancarai. Analisis data dengan Chi kuadrat, uji Kruskall Wallis, uji  Mann-Whitney, korelasi Eta, dan regresi multinomial.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan yang sangat bermakna terdapat pada dukungan suami dan tenaga kesehatan, promosi susu formula dan lingkungan kerja yaitu pada pemberian makanan prelakteal (p<0,01). Lingkungan kerja mempunyai korelasi cukup kuat dengan pola pemberian ASI (η: 0,641; p<0,01). Lingkungan kerja merupakan faktor dominan yang dapat meningkatkan keberhasilan pemberian ASI saja (eksklusif) dengan OR: 1,369 (CI 95%; 1,1–1,7); dan juga berisiko terhadap pemberian minuman prelakteal dengan OR: 1,338 (CI 95%; 1,1–1,6) p<0,01.

Simpulan pada penelitian ini adalah terdapat perbedaan dukungan suami dan tenaga kesehatan, promosi susu formula dan lingkungan kerja terhadap pemberian makanan prelakteal; terdapat hubungan positif antara dukungan suami dan tenaga kesehatan, promosi susu formula, lingkungan kerja, pengetahuan dan sikap ibu dengan pola pemberian ASI; serta meningkatnya pemberian ASI saja dan risiko pemberian makanan prelakteal sangat dipengaruhi oleh lingkungan kerja.

Kata Kunci: Pola Pemberian ASI, Ibu Pekerja, Dukungan suami dan tenaga kesehatan, Promosi susu formula, Lingkungan Kerja, Pengetahuan dan Sikap Ibu




Tips Memilih dan Merawat Helm

Berangkat kekampus, berdandan rapi, wangi dengan segala aksesorisnya. Kemudian mengambil sepeda motor, ambil helm, pencet tombol start... jalan deh. Tapi timbul satu pertanyaan yang mengganjal. Sudah berapa kali Helm kamu cuci sejak beli baru?? ada yang tanpa sadar sudah setahun tidak pernah dicuci bahkan lebih parah lagi sejak beli tidak pernah dicuci... padahal setiap kali dipakai. Bayangkan berapa kuman yang menempel di helm. Belum lagi sering gantian sama teman... Apa nggak risih ya?

Berikut ada tip merawat dan memilih helm

Helm berfungsi untuk melindungi kepala pengendara dari benturan serius saat terjadi kecelakaan. Selain itu helm juga dapat berfungsi untuk melindungi wajah dan mata dari debu, pasir dan obyek lainnya. Selain memilih helm yang telah lulus standar keselamatan berkendara, para Bikers juga harus bijak dalam menentukan helm yang baik. Karena jika helm tidak nyaman dipakai, justru akan mengganggu konsentrasi ketika berkendara dan menjadi bumerang bagi pemakainya. Berikut adalah tips dalam memilih helm yang baik :
  1. Helm yang bagus memang mahal, namun apa salahnya mengeluarkan uang tambahan yang ujung-ujungnya terkait dengan keselamatan jiwa. Di sini  mari kita tegaskan bahwa helm yang kita beli, bukan berfungsi untuk menghindari dari sempritan petugas, namun untuk KESELAMATAN. Terlebih saat ini sudah banyak produk helm yang berkualitas dengan harga lebih terjangkau. Seperti memilih pakaian yang dijual di toko, helm pun memiliki standar ukuran. Mulai dari S, M, L, XL dan XXL.  Oleh karena itu pilihlah helm yang sesuai dengan ukuran kepala bikers agar lebih nyaman ketika dipakai.
  2. Pilihlah helm yang memiliki lapisan bagian dalam yang dapat dilepas-pasang agar bikers bisa lebih mudah mencuci bagian dalam helm saat lapisan dalam pelindung kepala ini mulai kotor, terlebih di musim hujan.
  3. Setelah dipakai, sebaiknya jangan letakkan helm dalam keadaan tertelungkup, kecuali untuk helm half-face. Letakkan helm dalam posisi yang memungkinkan udara bersirkulasi di bagian dalam helm. Bila perlu bantu dengan kipas angin, terutama setelah digunakan di musim hujan.
  4. Kaca pelindung helm (visor), sebaiknya pilih yang transparan agar helm tetap optimal saat dipakai berkendara malam hari. Pilih juga helm dengan visor yang mudah dilepas-pasang agar  mudah dibersihkan..

Helm yang lembab berpotensi menjadi tempat bersarangnya berbagai bakteri dan kuman, selain akan menimbulkan aroma yang tak sedap, bakteri juga dapat berpindah ke kulit kepala dan kulit wajah serta memicu gatal-gatal yang justru akan sangat mengganggu konsentrasi. Oleh karena itu sangat disarankan para Bikers tidak lupa untuk merawat helm dan berikut dibawah ini adalah tips perawatan helm :
  1. Cucilah helm minimal dua kali dalam setahun.
  2. Karena lapisan bagian dalam helm umumnya terbuat dari spons yang dilapis bahan fabrics, maka cucilah pelapis helm ini dengan merendamnya di dalam larutan air dan deterjen pencuci pakaian yang lembut selama kurang lebih 10 hingga 20 menit agar kotoran yang melekat munjadi mudah terlepas.
  3. Hilangkan kotoran dengan cara meremas-remas bantalan tersebut secara hati-hati. Jangan sering menguceknya karena cara ini dapat merusak spons.
  4. Setelah bersih, bilaslah  dengan air bersih hingga kotoran benar-benar hilang. Bila perlu, tambahkan cairan antiseptik pada bilasan terakhir untuk membunuh kuman yang masih tersisa.
  5. Setelah itu kibas-kibaskan untuk menghilangkan air yang masih tersisa kemudian angin-anginkan diluar ruangan yang tidak terkena cahaya matahari secara langsung agar pelapis tersebut benar-benar kering. Jika bikers memiliki mesin cuci, bisa memanfaatkannya untuk mempercepat pengeringan.
  6. Menjemur di bawah terik matahari memang ampuh untuk mempercepat proses pengeringan dan cara ini juga efektif  untuk membunuh kuman serta menghilangkan bau tak sedap. Tetapi menjemur helm terlalu lama di bawah terik matahari  juga akan mempercepat lapuknya spons. Jika ingin menjemur helm, sebaiknya lakukan pada pagi hari sebelum jam 10.
  7. Jagalah kebersihan visor agar tidak mengganggu penglihatan. Gunakanlah sabun pencuci piring atau pencuci tangan, kemudian keringkan dengan lap pembersih/chamois lembab dan keringkan dengan bahan katun atau lap dari bahan  microfiber agar tidak meninggalkan bercak air..
Sumber : mediaindonesia.com (edited)

(KTI)-PENGARUH PENGENCANGAN MUSCULUS TRANSVERSUS ABDOMINIS TERHADAP PENINGKATAN INTENSITAS, FREKUENSI DAN DURASI HIS PADA IBU YANG AKAN BERSALIN

Written By admin on Tuesday, July 23, 2013 | 7:50 PM

Pengaruh Pengencangan Musculus Transversus Abdominis Terhadap Peningkatan
 Intensitas, Frekuensi Dan Durasi His Pada Ibu Yang Akan Bersalin

Di Rsud Prof. Dr. Margono Soekarjopurwokerto



Oleh :
Virgin Norma Fatimah
NPM. D200901023

AKADEMI KEBIDANAN GRAHA MANDIRI CILACAP
Mei 2013


Kesimpulan:

  1. Terdapat pengaruh pengencangan musculus transverses abdominis terhadap peningkatan intensitas his pada ibu yang akan bersalin di RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo, Purwokerto.
  2. Terdapat pengaruh pengencangan musculus transverses abdominis terhadap peningkatan frekuensi his pada ibu yang akan bersalin di RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo, Purwokerto.
  3. Terdapat pengaruh pengencangan musculus transverses abdominis terhadap peningkatan durasi his pada ibu yang akan bersalin di RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo, Purwokerto.
Daftar Pustaka
  • Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT Rineka Cipta.
  • Bennet, et.al. 2003. Mayles A Textbook for Midwives Thirthteen Edition. London, Churchill Livingstone.
  • Carr, Lisa. 2010. Exercise during pregnancy: Is walking enough. Diakses dari http://www.preggibellies.com.au/uploads/kSJbMW3jJhSXSNdqZ4D9D_wLrzZRYx.doc tanggal 14 Maret 2013.
  • Cunningham et.al. 2006. Obstetrri Williams. Jakarta : EGC.
  • Frawley, Helena. 2009. Evidence for Benefit of Transversus Abdominis Training Alone or in Combination With Pelvic Floor Muscle Training to Treat Female Urinary Incontinence: A Systematic Review. Diakses dari http://www.ipts.org.il/_Uploads/dbsAttachedFiles/TA.pdf tanggal 14 Maret 2013.
  • Hikmamekongga. 2010. Persalinan. Diakses dari http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2063232-persalinan/ tanggal 14 Maret 2013.
  • Jones & Bartlett Learning. 2008. Obstetric and Pediatric Pathophysiology. Diakses dari http://books.google.co.id/books?id=YpCAwCI6Hi8C&pg=PA53&lpg= PA53&dq=physiology+of+intensity+of+uterine+contractions&source tanggal 20 Mei 2013.
  • Manuaba, IBG. 2009. Ilmu  Penyakit Kebidanan & Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
  • Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi & Patologi. Jakarta: EGC.
  • Prawirorahardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirorahardjo.
  • Riduwan. 2007. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung : Alfabeta.
  • Sari, Ratna Putri. 2011. IUFD. Diakses dari http://www.scribd.com/doc/48106403/IUFD . 14 maret 2013.
  • Setyan, Anggri. 2012. Kehamilan Serotinus. Diakses dari http://www.scribd.com/doc/89558925/KEHAMILAN-SEROTINUS tanggal 14 Maret 13.
  • Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
  • Sugiyono. 2011. Statistik Nonparametris. Bandung: Alfabeta.
  • Sweet et.al. 2000. Mayes Midwivery a Textbook for Midwives. Great Britain.
  • Swenson, et.all/ 2009. Basic Human Anatomy. Diakses dari http://www.dartmouth.edu/~humananatomy/part_5/chapter_25.html tanggal 14 maret 2013.
  • Tyldesley, Barbara, et.all. 2009. Muscles, Nerves and Movement : In Human Occupation. Diakses dari books.google.co.id/books?isbn=1405147415 tanggal 14 Maret 2013.
  • Verralls, Sylvia. 2003. Anatomi dan Fisiologi Terapan dalam Kebidanan. Jakarta : EGC.

Cerita Waktu Kecil tentang Kisah Seorang Ibu- (HC Anderson)

Seorang ibu duduk bersama anaknya yang masih kecil. Ia begitu sedih, begitu takut anaknya akan meninggal. Anak itu begitu pucat, mata kecilnya telah menutup dengan sendirinya, dan ia menghela nafas begitu lembut, sekali-kali ia menghela nafas dalam-dalam, dan ibunya memandanginya lebih sedih lagi pada makhluk kecil itu.
Kemudian terdengar ketukan di pintu dan i laki-laki tua masuk. Ia mengenakan mantel yang tebal. Saat itu musim dingin. Di luar rumah semua tertutup es dan salju dan angin bertiup kencang sehingga melukai wajah.
Laki-laki tua itu gemetar kedinginan dan anak kecil itu tertidur. Maka sang ibu menuangkan ale dan menghangatkannya untuk laki-laki tua itu.  Laki-laki itu duduk dan menggoyangkan ayunan bayi, sang ibu duduk di kursi di dekatnya, memandangi anaknya yang sakit, yang menghela nafas begitu dalam dan mengangkat tangannya yang kecil.
“Apakah anda pikir aku tidak dapat menyelamatkannya?” kata ibu, “Tuhan tidak boleh mengambilnya dariku.”
Dan laki-laki tua itu yang ternyata adalah Maut sendiri, menggangguk aneh, seolah menjawab ya sekaligus tidak. Dan sang ibu menunduk memandangi pangkuannya, air mata mengalir menuruni pipinya, kepalanya terasa berat, ia tidak tidur selama tiga hari tiga malam. Sekarang ia tertidur, hanya selama satu menit, ia mendadak bangun dan gemetar kedinginan.
“Apa itu?” katanya, memandang ke sekelilingnya. Orang tua itu sudah tak ada dan anaknya juga tidak ada. Ia pasti telah membawa anak kecil itu. Jam tua di sudut, bandulnya yang besar mengelinding di lantai dan jam itu mati.
Ibu malang itu lari keluar rumah dan berteriak keras-keras memanggil anaknya.
Di luar sana, di tengah hujan salju, duduk seorang wanita dengan pakaian hitam panjang. Ia berkata, “Maut masuk ke kamarmu dan aku melihat ia bergegas pergi membawa anakmu. Ia berjalan lebih cepat dari angin, dan ia tidak pernah mengembalikan apa yang telah diambilnya.”
“Oh, tolong katakan ke mana ia pergi,” kata sang ibu. “Tunjukkan arahnya dan aku akan menemukannya!”
“Aku tahu ke mana ia pergi,” kata wanita berpakaian hitam. “Namun sebelum kukatakan kepadamu, kau harus menyanyikan semua lagu yang kaunyanyikan untuk anakmu! Aku suka sekali lagu-lagumu. Aku pernah mendengarmu menyanyi. Aku Sang Malam. Aku melihat air matamu ketika kau menyanyi.”
“Aku akan menyanyikannya untukmu, semuanya,” kata sang ibu. “Namun jangan halangi aku. Kalau aku cepat, aku dapat menemukan anakku.”
Namun sang Malam tak bergerak atau mengatakan apa-apa. Maka sang ibu menyanyi sambil memilin-milin tangannya dan menangis. Begitu banyak lagu dinyanyikannya dan lebih banyak lagi air matanya menetes.
Kemudian sang Malam berkata, “Pergilah ke kanan, ke arah hutan pinus yang gelap itu, ke sana aku lihat Maut membawa anakmu.”
Sang ibu berjalan hingga tiba di persimpangan jalan di tengah hutan. Ia tak tahu harus ke mana. Dilihatnya sebuah semak berduri yang sudah tidak mempunyai daun dan bunga. Serpihan es menggantung pada cabang-cabangnya.
“Apakah kau melihat Maut lewat di sini membawa anakku yang masih kecil?” kata sang ibu.
“Ya,” kata semak berduri. “Namun aku tidak mau memberitahumu ke mana ia pergi, kecuali kau mau menghangatkanku. Aku hampir mati kedinginan dan menjadi gumpalan es.”
Sang ibu pun memeluk semak berduri begitu erat agar semak berduri benar-benar merasa hangat, sehingga duri-duri melukai tubuhnya dan darahnya menetes. Daun-daun segar dan hijau mulai bermunculan  dan berikutnya bunga-bunga mulai berkembang di tengah malam musim dingin, karena hati seorang ibu yang sedih begitu hangat. Semak berduri kemudian menunjukkan ke mana sang ibu harus pergi.
Sang ibu kemudian tiba di sebuah danau yang luas, di sana tidak ada kapal atau perahu. Danau itu tidak terlalu beku sehingga tidak dapat menahan berat tubuhnya, juga tidak terbuka atau cukup dangkal sehingga ia dapat berjalan menyeberanginya. Maka ia itu berbaring untuk meminum air danau. Yang jelas-jelas mustahil dilakukan seorang manusia, namun ibu berpikir bahwa mungkin terjadi mujizat.
“Apa pun akan kuberikan untuk mendapatkan kembali anakku!” kata sang ibu sambil menangis. Ia masih terus menangis hingga sepasang matanya jatuh dan tenggelam ke dasar danau dan menjelma menjadi sepasang mutiara yang indah. Namun air danau menyapunya seolah ia duduk di atas ayunan dan ia terbawa ombak yang mengayunnya ke seberang. Di sana berdiri sebuah rumah besar yang aneh. Namun sang ibu tidak dapat melihatnya karena kedua matanya sudah hilang.
“Di mana aku akan menemukan Maut yang telah mengambil anakku?” katanya.
“Ia belum datang,” kata seorang wanita tua yang merawat rumah besar itu.  “Bagaimana kau bisa sampai ke sini? Siapa yang telah menolongmu?”
“Tuhan menolongku,” kata sang ibu. “Di mana aku dapat menemukan anakku?”
“Kau tak dapat melihat!” kata wanita tua itu. Banyak bunga dan tanaman mati malam ini. Maut akan segera datang dan menanam mereka kembali. “
“Kau tentu tahu, setiap orang mempunyai pohon atau bunga kehidupan mereka sendiri. Mereka tampak seperti pohon biasa, namun jantung mereka berdenyut. Begitu juga pohon anakmu. Mungkin kau ingin tahu mana pohon anakmu, namun apa yang akan kau berikan kepadaku bila aku memberitahumu?”
“Aku tak punya apa-apa lagi,” kata ibu. “Namun aku mau pergi pergi ke ujung dunia untukmu.”
“Tidak. Mau apa aku di sana?” kata wanita itu. “Namun kau bisa memberikan rambutmu yang hitam panjang itu kepadaku. Kau boleh mengambil rambutku yang putih ini.”
Sang ibu memberikan rambutnya yang hitam dan sebagai gantinya ia mengambil rambut putih wanita tua itu.
Wanita tua itu mengajak sang ibu masuk ke dalam kebun sang Maut. Tanaman bunga dan pohon tumbuh saling melilit di sana. Tanaman-tanaman itu semua nampak terawat dan disayangi. Semua tanaman memiiki nama dan di dalam mereka ada nyawa manusia yang masih hidup.
Ibu yang sedih itu mendekati semua tanaman yang terkecil dan mendengarkan detak jantung mereka. Di antara jutaan tanaman di sana dia dapat mengenali detak jantung anaknya.
“Ini dia!” jeritnya sambil menjulurkan tangannya kepada tanaman kecil berbunga biru yang sudah mulai layu.
“Jangan sentuh bunga itu!” kata wanita tua. “Kau tetaplah di situ. Dan bila Maut datang tak lama lagi, jangan biarkan ia mencabutnya. Ancam dia, katakan kau akan mencabut tanaman lain. Ia pasti takut karena ia bertanggung jawab kepada Tuhan dan tak seorang pun boleh mencabut tanaman sebelum ia memberi ijin.”
Tiba-tiba hawa dingin memasuki kebun itu dan ibu yang buta itu dapat merasakan bahwa Maut sudah datang.
“Bagaimana kau bisa sampai di sini?” tanyanya. “Bagaimana kau bisa lebih cepat dari aku?”
“Aku seorang ibu,” jawabnya.
“Aku hanya menjalankan perintah Tuhan,” kata Maut. “Aku tukang kebun Nya, aku mengambil semua pohon dan tanaman dan menanamnya kembali di taman Surga. Namun aku tak dapat mengatakan kepadamu bagaimana keadaan di sana.”
“Kembalikan anakku!” ratap ibu. Ia memegang dua tanaman bunga yang cantik di dekatnya dengan kedua tangannya. “Aku akan merusak semua tanamanmu karena aku putus asa.”
“Jangan sentuh!” kata Maut. “Kau mengatakan bahwa kau sangat sedih dan sekarang kau akan membuat ibu lain sama sedihnya denganmu.”
“Ibu lain?” kata wanita malang itu dan langsung melepaskan pegangannya pada kedua tanaman itu.
“Ambillah matamu ini,” kata Maut. Aku mengambilnya di dasar danau. Mata ini bersinar begitu terang dan aku tahu ini milikmu. Ambillah kembali, mata ini sekarang lebih terang dari sebelumnya.”
“Aku akan memberitahumu nama kedua bunga yang tadi hampir kaucabut dan kau akan melihat masa depan mereka, keberadaan mereka sebagai manusia. Lihatlah apa yang hampir kauhancurkan.”
Sang ibu melihat ke dalam sumur dan begitu bahagia melihat salah satunya membawa berkat bagi dunia dan betapa banyak kebahagiaan yang terasa di mana-mana. Kemudian ia melihat kehidupan yang satu lagi, penuh kesedihan, ketakutan dan kehancuran.
“Keduanya adalah kehendak Tuhan,” kata Maut.
“Yang mana bunga yang malang dan yang bahagia itu?”
“Aku tidak dapat mengatakannya kepadamu.” kata Maut. “Namun salah satunya adalah bunga anakmu. Kau telah melihat masa depan anakmu sendiri”
Sang ibu menjerit ketakutan. “Mana di antaranya anakku? Katakan! Selamatkan anakku dari kesengsaraan. Bawalah ia ke surga! Lupakan air mataku! Lupakan doaku dan apa yang telah kulakukan!”
“Aku tak mengerti,” kata Maut “Kau mau mengambil anakmu atau biarkan aku membawanya ke sana, ke tempat yang tidak kau ketahui?”
Sang ibu memilin-milin tangannya, jatuh berlutut dan berdoa, “Jangan dengarkan ketika aku berdoa melawan kehendakMu. KehendakMu lah yang tebaik. Jangan dengarkan aku!”
Ia membungkukkan kepalanya ke pangkuan dan maut mengambil anaknya dan pergi ke tempat yang tak seorang pun tahu.
Seorang ibu pasti menginginkan yang terbaik bagi anaknya.

Metode Penelitian Kuantitatif


Beberapa metode penelitian kuantitatif yang cukup sering digunakan adalah survei dan eksperimen.

Metode Survei
Metode survei adalah metode penelitian yang menggunakan kuesioner sebagai instrumen utama untuk mengumpulkan data. Metode ini adalah yang paling sering dipakai di kalangan mahasiswa. Desainnya sederhana, prosesnya cepat. Tetapi bila dilakukan dengan sembrono, temuan survei ini cenderung superficial (dangkal) meskipun dalam analisisnya peneliti menggunakan statistik yang rumit.

Penelitian survei dengan kuesioner ini memerlukan responden dalam jumlah yang cukup agar validitas temuan bisa dicapai dengan baik. Hal ini wajar, sebab apa yang digali dari kuesioner itu cenderung informasi umum tentang fakta atau opini yang diberikan oleh responden. Karena informasi bersifat umum dan (cenderung) dangkal maka diperlukan responden dalam jumlah cukup agar "pola" yang menggambarkan objek yang diteliti dapat dijelaskan dengan baik.

Sebagai ilustrasi, lima orang saja kemungkinan tidak mampu memberikan gambaran yang utuh tentang sesuatu (misalnya tentang profil kesejahteraan pegawai). Tetapi 250 orang mungkin akan lebih mampu memberi gambaran yang lebih baik tentang profil kesejahteraan pegawai itu. Perlu dicatat, jumlah responden saja belum cukup memenuhi syarat "keterwakilan". Teknik memilih responden ("teknik sampling") juga harus ditentukan dengan hati-­hati.

Karena validitas data sangat tergantung pada "kejujuran" responden maka peneliti sebaiknya juga menggunakan cara lain (selain kuesioner) untuk meningkatkan keabsahan data itu. Misalnya, peneliti mungkin bertanya kepada responden tentang pendapatan per bulannya (dalam rupiah). Dalam hal ini, peneliti juga mempunyai sumber data lain untuk meyakinkan kebenaran data yang diberikan responden (misalnya dengan melihat daftar gaji si responden di kantornya). Jika hal ini sulit ditemukan maka peneliti terpaksa harus berasumsi bahwa semua data yang diberikan responden adalah benar. Kita tahu, asumsi semacam ini sering kali menyesatkan.

Kesalahan yang sering dibuat oleh peneliti dalam penelitian survei ini adalah terletak pada analisis data. Peneliti sering kali lupa bahwa apa yang dikumpulkan melalui kuesioner ini adalah sekedar "persepsi tentang sesuatu", bukan "substansi dari sesuatu". Karena itu, kalaupun peneliti menggunakan analisis statistik yang cukup kompleks (misalnya korelasi atau regresi) maka peneliti harus ingat apa yang dianalisisnya itu tetaplah sekumpulan persepsi, bukan substansi.

Beberapa tema penelitian dengan menggunakan metode survei adalah sebagai berikut.

  1. Survei tentang alokasi anggaran untuk pengembangan pegawai di semua perguruan tinggi negeri.
  2. Survei tentang kualitas pelayanan dan kepuasan pelanggan di Bank XY.
  3. Analisis terhadap potensi penerimaan calon konsumen terhadap produk baru yang akan diluncurkan.
  4. Jajak pendapat masyarakat terhadap metode baru dalam hal penetapan Pajak  Pembangunan I.
Dari contoh-contoh di atas, kita sadar bahwa tidak mudah menggolongkan suatu penelitian ke jenis penelitian tertentu dengan hanya melihat judul atau tema penelitian itu. Jika hanya judul yang kita baca maka kita sebenarnya bisa memasukkan suatu penelitian ke jenis penelitian mana pun. Karena itu, kita harus bisa membaca seluruh desain penelitian untuk mengetahui jenis penelitian atau metode yang digunakan seorang peneliti.

Metode Eksperimen

Metode Eksperimen adalah metode penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan sebab-akibat (kausalitas) antara satu variabel dengan lainnya (variabel X dan variabel Y). Untuk menjelaskan hubungan kausalitas ini, peneliti harus melakukan kontrol dan pengukuran yang sangat cermat terhadap variabel-­variabel penelitiannya.

Tetapi metode eksperimen tidak hanya digunakan untuk menjelaskan hubungan sebab akibat antara satu dan lain variabel, tetapi juga untuk menjelaskan dan memprediksi gerak atau arah kecenderungan suatu variabel di masa depan. Ini adalah eksperimen yang bertujuan untuk memprediksi.

Perlu diingat, dua variabel yang berkorelasi (misalnya "tingkat pendidikan" berkorelasi dengan "tingkat penghasilan") tidak berarti dua variabel tersebut mempunyai hubungan sebab-akibat. Sebaliknya, dua variabel yang tidak berkorelasi (zero correlation) bukan berarti sudah tertutup kemungkinan berhubungan sebab­-akibat (Hopkins, et al, 1987). Untuk mengukur korelasi, metode survei mungkin sudah cukup memadai. Tetapi untuk menjawab "Apakah tingkat pendidikan menyebabkan naiknya pendapatan?" Diperlukan suatu studi eksperimen yang sangat ketat aturannya.

Seperti metode-metode lain, metode eksperimen ini mempunyai banyak variasi. Berikut ini beberapa contoh variasi (model) metode eksperimen. Sebagai catatan:
O       :  adalah Observasi
X       :  adalah variabel independen
R       :  kelompok subjek yang dibagi secara random
EG    :  experimental group
CG    :  control group

NO
NAMA MODEL
MODEL
KOMENTAR
1
One-shot case study
- XO1
Tak ada perbandingan antara
 pre dan post program
2
One-group pretest-posttest
O1 XO2
Tanpa kelompok pembanding
3
Static group
    EG:    -     X O1
Pembagian kelompok tidak


 CG:            O2
dirandom
4
Pretest-posttest control group
EG: R O1 X O2
Pembagian kelompok melalui



    CG:   R  O O4

random
5
Posttest only control group
EG:   R  -  XO1
       CG:    R     - O2
Kedua kelompok tidak diberi
pretest
6
Time series
O1 O2 ... On  X Om …O2         
Tanpa EG dan CG
7
Multiple time series
EG: O1 O2 ... X  O1 O2 ...
Mahal Tanpa random


CG: O1 O2     - O1 O2 ...

8
Solomon
EG : R O1 X O2
      CG : R O1    O2
EG : R       X O1
CG: R            O2
Mahal
Rumit
(Sumber: O'Sullivan& Rassel, 1995)

Untuk model pertama, peneliti tidak melakukan pengukuran sebelum perlakuan (X). Tetapi is langsung mengukur hasil sesudah (X). Dengan model kedua, peneliti bisa membuat pertanyaan, apakah "suatu sistem penarikan pajak gaya baru dapat menaikkan penerimaan pajak di daerah "X"? Dalam hal ini, peneliti tinggal membandingkan penerimaan pajak di daerah X sebelum dan sesudah digunakannya sistem penarikan pajak gaya baru tersebut.

Untuk model keempat, peneliti bisa menggunakan pertanyaan yang sama, tetapi diperlukan daerah selain X (misalnya daerah Z) sebagai pembanding tingkat penerimaan pajak. Daerah X dikenakan (diberlakukan) sistem penarikan pajak gaya baru, di daerah Z tidak. Berikut ini adalah beberapa contoh tema penelitian dengan menggunakan metode eksperimen:
Apakah terdapat perbedaan dalam hal tingkat pemahaman siswa antara siswa yang diajar dengan metode instruksionis dengan siswa yang diajar dengan metode konstruktivis?
Perbedaan efektivitas dan efisiensi metode iqro dengan metode tradisional (dalam mempelajari bahasa Arab)
Pengaruh pendekatan focused group discussion terhadap proses pengambilan keputusan.

Perlu pula diingat kembali, eksperimen di dalam penelitian ilmu­-ilmu sosial sering bersifat "kuasi" (semu). Artinya, pengontrolan terhadap variabel-variabel yang diteliti sering kali tidak mungkin dilakukan secara ketat seperti dalam eksperimen ilmu-ilmu eksakta {yang tidak menggunakan unsur "manusia" sebagai objek penelitian). Dalam ilmu sosial, eksperimen semu adalah eksperimen yang tidak menggunakan "random" untuk membagi kelompok Eksperimen dan kelompok Kontrol. Pada model-model di atas, semua model yang tanpa "R" adalah Eksperimen semu.

Kesalahan dalam Metode Eksperimen
Hal-hal yang mempengaruhi validitas internal dan eksternal dalam penelitian eksperimen, disebut "Extraneous Variables" adalah variabel selain variabel-variabel utama yang diteliti, yang mempengaruhi hasil akhir penelitian (kesimpulan) jika tidak dikontrol. Borg & Gall mengutip Campbell & Stanley (1963), lihat juga Malhorta (1977) menunjukkan ada 10 tipe variabel extrane­ous, yaitu:
  1. History
  2. Maturation
  3. Testing
  4. Instrumentation
  5. Statistical regression
  6. Differential selection
  7. Experimental mortality
  8. Selection-maturation interaction
  9. The John Henry Effect
  10. Experimental treatment diffusion.


1. History. Pada penelitian yang membutuhkan waktu relatif lama, ada kemungkinan terjadi hal-hal yang mempengaruhi proses penelitian itu sehingga hasil akhir penelitian tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh (treatment) perlakuan, tetapi oleh hal-hal lain. Ketika terjadi kerusuhan di Indonesia pada tahun 1998 (yang menandai jatuhnya rejim Soeharto), banyak penelitian menjadi "kacau" karena terjadi perubahan-perubahan mendasar di segala bidang (ekonomi, politik, budaya, dan sebagainya).
2. Maturation. Pada saat penelitian berlangsung, ada kemungkinan para subjek yang diteliti mengalami "pendewasaan" (maturation). Mereka mungkin bertambah cerdas, bertambah terampil, lebih percaya diri dan sebagainya. Jadi, hasil penelitian lagi-lagi tidak hanya akibat dari treatment, tetapi juga dipengaruhi faktor maturation ini.
3. Testing. Dalam studi eksperimen yang menggunakan pretest dan postest, ada kemungkinan subjek menjadi lebih tahu tentang test (terutama postest), atau menjadi test wise. Maka, kalaupun ada kenaikan nilai test (post > pre). Hal ini mungkin lantaran subjek menjadi lebih pintar alias test wise. Bisa juga terjadi kualitas pre test tidak sama dengan kualitas post test. Misalnya post test lebih mudah dari pada pre test, maka wajar hasil post test lebih baik daripada hasil pre test-nya (lihat juga "instrumentation").

4. Instrumentation. Ini berhubungan dengan kualitas instrumen penelitian. Jika misalnya, pretest dibuat sangat sulit (tingkat kesukarannya tinggi), sedangkan postest dibuat dengan tingkat kesukaran lebih rendah (mungkin karena ketidaksengajaan) maka Jika pun hasil post > pre, hal ini bukan dari hasil treatment, tetapi dari kesalahan instrumen itu. Demikian pula bila kita telah menggunakan jenis instrumen. Misalnya, untuk mengukur kemampuan psikomotorik diperlukan tes yang bersifat kegiatan fisik ("melakukan suatu kegiatan"). Tetapi peneliti ternyata hanya menggunakan tes tertulis. Misalnya, bukan kemampuan psikomotorik yang diukur, tetapi kemampuan kognitif.

5. Statistical regression. Ini berhubungan dengan perhitungan statistik. Bila kita membandingkan dua kelompok (misalnya kelompok pengusaha kecil dan kelompok pengusaha menengah) dengan memperlakukan "treatment" yang sama (misalnya pengenalan terhadap manajemen usaha). Ternyata, setelah waktu tertentu, ada kecenderungan kelompok yang mendapat "gain" lebih besar adalah kelompok pengusaha kecil. Secara, "common sense" sebenarnya kita bisa mengerti bila suatu perubahan lebih mudah terlihat di konteks "kecil" dari pada melihat perubahan di konteks "yang lebih besar". Kenaikan Rp 1 juta ke Rp 2 juta adalah kenaikan 100%. Tetapi kenaikan yang sama, Rp 1 juta, dari Rp 1 milyar ke Rp 1.001.000.000,00 "hanya" 0,001%.

6. Differential selection. Dalam studi eksperimen yang membandingkan dua kelompok (kelompok A dan B), peneliti harus "mengatur" sedemikian rupa sehingga kelompok A sama dengan kelompok B sehingga perbandingan bisa dilakukan secara baik. Tetapi kadang-kadang karena satu dan lain hal, yang masuk ke kelompok A, misalnya, rata-rata lebih baik daripada yang dikelompok B. Maka, ketika dua kelompok ini dibandingkan di akhir penelitian, jelas sekali kelompok A lebih baik dari kelompok B. Ini bukan karena treatment, tetapi karena kesalahan pengelompokan.

7. Experimental mortality. Ini berhubungan dengan tingkat drop out subjek penelitian. Jika satu per satu subjek mengundurkan diri dari penelitian, lama-lama peneliti akan kekurangan subjek untuk diteliti. Mungkin secara kuantitas jumlahnya masih cukup. Tetapi bila profile subjek berubah drastis (kelompok tertentu masih banyak, kelompok lain sebagai kelompok pembanding katakanlah tinggal satu orang), penelitian praktis tidak mungkin dilanjutkan.

8. Selection-maturation interaction. Ini sama dengan nomor enam, tetapi satu kelompok menjalani "pendewasaan" yang lebih cepat daripada kelompok lainnya.

9. The John Henry Effect. Ini terjadi ketika kelompok kontrol (tidak diberi treatment) berperilaku lebih giat, lebih rajin, dan sebagainya, daripada kelompok eksperimen (kelompok yang diberi treatment). Hal ini mungkin terjadi karena, misalnya, kelompok kontrol merasa bahwa nantinya mereka akan "kalah" dibandingkan dengan kelompok eksperimen. Perasaan "kalah" semacam ini bisa memacu kelompok kontrol belajar dan bekerja lebih giat dari biasanya, katakanlah untuk membuktikan bahwa mereka sama baiknya dengan kelompok eksperimen.

10. Experimental Treatment Diffusion. Ini terjadi ketika kelompok kontrol "belajar" dari kelompok eksperimen, baik sengaja maupun tidak, Jadi, terjadi "perembesan" pembelajaran dari kelompok eksperimen ke kelompok kontrol.

Semua variabel yang berhubungan dengan fenomena di atas harus dikontrol oleh peneliti. Jika tidak, pasti akan terjadi kesalahan dalam pengambilan kesimpulan. Apa yang dimaksud dengan "dikontrol" adalah diantisipasi sedini mungkin dan kemudian "dijaga" agar tidak mencemari proses eksperimen. Misalnya, agar tidak terjadi efek "Differential Selec­tion", maka dua kelompok harus dipilih secara acak (random) untuk mencapai pembagian yang fair. Agar tidak terjadi kesalahan karena faktor "Instrumentation" atau "testing", maka instrumen harus diuji berulang-ulang untuk mencapai validitas dan reliabilitas yang tinggi. Untuk menghindari "experiment mortality", peneliti harus melibatkan jumlah subjek yang cukup banyak. Dan sebagainya.


Popular Posts

Karya Tulis dan Penelitian

Artikel

Tips Sehat

Informasi Seputar Kampus

Kumpulan Cerita Motivasi

Materi Pembelajaran

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. AKBID GMC - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website Inspired Wordpress Hack
Proudly powered by Blogger